Dongeng

Apa yang sedang kufikirkan, bukanlah urusanmu. Bukan juga urusan yang lainnya. Hanya aku, dan biarlah hanya aku yang mengetahuinya. Berjalan keluar rumah hingga kucapai pepohonan itu. Pepohonan yang belum pernah aku lihat, pepohonan asing. Lain dari tetangga yang lainnya, mulai kuselidiki. Kuraba dan kurasakan aromanya.

"Tidak apa", kataku. Lalu kubiarkan mereka dan melanjutkan perjalanan yang sebentar tertunda. Betapa bodohnya aku memberi atensiku pada benda aneh itu. Sementara aku berjalan, sekonyong-konyong seorang lelaki tua datang menghampiriku. Tongkat dipegangnya, tapi masih aktif kakinya, benar-benar aktif. Ia tiba dengan wajahnya yang skeptis, sementara aku dengan wajah heranku. Lalu aku dan lelaki tua itu menciptakan sebuah dialog pendek:
Aku: "Ada apa, Ke?"
Kakek: "Kau melihat cucuku?", dengan terburu-burunya.
Aku: "Maaf Ke, saya tidak tahu."
Kakek: "Bohong, pasti kamu tahu!"
Aku: "Engga Ke, sungguh."
Kakek: "Bohong! Atau jangan-jangan, kau itu cucuku?"
Aku: "Bukan Kek, Kakek salah orang."
Kakek: "Huh.. dasar kurang ajar!"
Dan tanpa rasa bersalah, si lelaki tua itu pun pergi dengan sikapnya yang terburu-buru lagi.

"Apaan sih tuh orang!", bentakku. Kukontinukan perjalananku kemudian setelah waktu yang sia-sia itu. Dengan siulan dari mulutku sambil melupakan kejadian aneh itu.

Tibalah kemudian di suatu tempat. Kar'na rasa penasaran yang menggebu-gebu, mulai kubuka gerbang kayu bercat putih itu. Adalah bunga-bunga cantik berwarna hijau yang rapi berbaris di kanan dan kiriku. Hanya berjalan pada jalur yang telah dibuat sebelumnya.

Saat tiba pada penghujung taman luas itu, melihat bukit nan berumput, berhasrat untuk berada pada puncaknya sambil melihat matahari hingga terbenam.

Saat untukku bersantai, setelah hal-hal aneh muncul dalam hidupku. "hhuuuffth.. akhirnya bisa tenang juga". Dan kedamaian yang seharusnya kunikmati untuk beberapa jam, berubah menjadi beberapa menit saja saat kulihat sebuah bunga duduk disampingku dengan anggunnya. Kenallah aku kemudian setelah mencocokkannya dengan bunga-bunga yang ada di taman dibelakangku. Tidak mau berurusan banyak dengan hal aneh lagi, kuhiraukan saja bunga itu dan kembali bersantai. Sesaat kulihat bunga itu dan bunga itu menoleh padaku dan tersenyum. Dia memang tidak punya wajah, namun aku yakin kalau dia benar-benar tersenyum padaku.

Saat kubuka mataku, gelaplah sekitarku. Ternyata aku ketiduran dan waktu sudah malam. Kuperiksa sampingku dan bunga itu sudah tidak ada. Berdirilah kemudian dan segera turun dari bukit. Saat tiba dihadapan taman itu, kabut sekonyong-konyong muncul sehingga perjalanan melewati taman tersebut agak terganggu. Dan sekonyong-konyong cahaya muncul disekitarku, yang tak lain cahaya dari bunga-bunga itu. Aku benar-benar heran dan takut disaat itu. Segera kuberlari dan meninggalkan tempat aneh itu.

Kurasa sudah jauh, kupelankan langkahku kemudian. Terengah-engah kemudian. Aso sejenak dan kembali berjalan 'tuk pulang. "Benar-benar hari yang hebat", kataku dengan kagum-heran.

Tibalah aku di depan pagar rumahku dan mulai kubukakan pintu rumah. Begitu terkejut kar'na yang kulihat bukan isi dari rumahku, melainkan taman aneh itu. Dan seketika itu juga mataku terbuka dan bangkit setengah tubuhku untuk memeriksa sekitarku. Belum yakin benar, mulai kujelajahi wilayah itu. Dengan kepastian bahwa aku berada di puncak gunung namun bukan gunung berapi. Sedikit lega kar'na aku tidak harus terpanggang di sana dan agak takut kar'na aku sudah berada di tempat yang entah dimana.

Air mata mulai berjatuhan kar'na rinduku yang mendalam akan dunia yang sebenarnya. Terlelaplah aku kemudian kar'na lelahnya. Dan saat kubuka mataku, sadarlah aku ada disuatu ruangan. Kulihat pintu disana dan kucapai itu. Kuperiksa dan ternyata ruang tamu. Gembira kar'na akhirnya aku berada di tempat yang tepat. Seketika itu juga aku sadar kalau aku selama ini sedang bermimpi. Dan kembali aku berbaring di kasurku untuk melanjutkan jadwal istirahatku. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa mimpi yang aku alami adalah sama dengan dongeng yang aku baca sebelum aku tidur malam itu.



Nanda Dega

0 komentar:

Posting Komentar