(s)nail(s)

Berjalan-jalan sambil memberi makan mata dengan pemandangan sawah adalah hal yang ditunggu-tunggu tentunya, apalagi saat matahari ingin mengakhiri jadwal kerjanya di wilayah kami. Membiarkan ego menerima segala macam komentar dan membiarkan komentar itu datang kembali pada tuan atau pun nyonyanya, hingga ego berakhir di tempat yang hampir semuanya berwarna sama dengan brokoli, mungkin juga kol atau pun kulit alpukat, hanya saja tertutup oranye pukul 6 sore.

Sedikit ketenangan... sambil menguasai sedikit tempat untuk kududuki. Tak perlu teropong untuk mencari posisi yang kuinginkan. Untungnya masih bisa membedakan walaupun kuasa ada pada oranye. Melihat seekor siput yang meninggalkan lendirnya seperti jejak kaki hingga akhirnya menghilang dari pandangan kar'na semak kecil tak jauh dari posisi. Kelihatan bahwa warna coklat yang menguasai cangkang siput itu. Kembali kepada awalnya -mengenyangkan mata-, melanjutkan misi yang sempat tertunda.

Kembali, namun kini sampai 3 ekor siput berbaris rapi laiknya pasukan semut. Dari posisi siput pertamaku, sembari meninggalkan jejak lendirnya, namun melihat akhirnya, mereka mendarat tepat di bawah pohon yang tingginya tak jauh beda dengan kereta api seperti sedang mengamati pemandangan. Bukan hanya angkasa dan wilayah yang oranye, akhirnya para siput kuikutsertakan.

Baca.. baca... dan membaca. Kegilaannya pun dimulai, hanya saja butuh ketenangan ekstra. Berjalan-jalan sambil memikirkan bagaimana selanjutnya hingga pipi mulai membulat. Sedikit makan untuk otaknya dan dirinya setelah berjalan-jalan jauhnya dari rumah sampai mendapati tempat yang tak terduga. Untungnya di sana sangat sepi seperti baru pertama kali dibuka -seperti pelanggan pertama tentunya-.

Mulai serius kar'na dia sudah masuk ke dalamnya. Mengamat-amati dan memahami laiknya sedang berhadapan dengan sebuah pemandangan alam. Komat-kamit adalah tambahannya. Kadang mengetuk-ngetuk meja dengan kuku jari secara bergantian juga sebagai tambahan namun mulai merasakan hal ganjil.

Tatapannya tak berubah -tetap pada buku yang dibaca-. Masih sambil memikirkan bagaimana kelanjutan cerita ditambah komat-kamit dan ketukan jari-jarinya. Saat sudah pada akhir halaman, dia mulai merasa senang atas hiburan yang didapatnya. Keganjilan pada dirinya mulai menghantuinya hingga akhirnya ia sampai pada 2 kuku jarinya yang ia potong hari lalu dan ingat akan kecerobohannya dalam memotong sehingga lebih itu dan menyebabkan pedih bagi dirinya.




Nanda Dega

0 komentar:

Posting Komentar