celah



Aku ingat ketika... kau menggendongku.

Itu sudah sangat lama, bagiku. Menatap diriku, berhadapan dengan cermin dan diriku yang satunya lagi, mendapatkan pandangan yang sedih dan tersiksa serta kepala yang menengadah ke bawah. Melakukan ini di tempat yang tersembunyi, bahkan dirimu. Aku tidak ingin menambah beban bagimu —lagi—. Tetapi, andaikan kau tahu yang diriku yang lain katakan dan inginkan...

Terus aku mencoba untuk membujuk, melakukan hal-hal yang pernah kita lalui bersama. Betapa gatalnya punggungku, membutuhkan garukan unik darimu. Atau membedakinya.


Aku ingat ketika... kita menatap lewat celah dedaunan.

Itu sudah sangat lama, bagiku. Ketika kita sedang asyik berlari, mengejar satu sama lain, bermain di taman hijau yang sunyi, serta ditemani oleh sinar matahari. Hari itu begitu terik hingga aku harus keluar masuk rumah untuk mengambilkanku dan dirimu minuman segar.

Sesaat aku berlari, menghindar dari tangkapanmu. Karena jika aku tertangkap, aku akan kalah dalam permainan. Berlari melewati pohon satu ke pohon yang lainnya, sekaligus berlindung dari teriknya sinar matahari. Masih bertahan dalam permainan, sampai akhirnya kau menangkapku, menghimpit lembut kedua lenganku dengan tanganmu, dipisahkan oleh dedaunan dari ranting yang merendah. Di saat itu kita bertatapan lewat celah-celah dedaunan sambil tertawa.


Aku ingat ketika... kau memukul bokongku.

Diberi kesempatan tuk mengingat kejadian-kejadian yang seperti itu, mengingatkanku kembali akan kesalahan-kesalahan yang membuatmu lelah, membuatmu membantuku untuk menjadi yang terbaik di masa depan, mengarahkanku pada jalan yang benar serta menuntunku. Tak jera bagimu melakukan semua itu. Dan Tuhan membiarkan semua itu terjadi pada kita.

Aku berdoa terus pada Tuhan, agar keluarga ini diberkati.


Dan aku ingat ketika... kau mencium kedua pipiku di depan umum, memamerkan senyumanmu setelah membekaskan kedua pipiku dengan bibirmu.
Hari itu...
Masa-masa itu..
dan lainnya.


Tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak mungkin membiarkanmu menggendong tubuh anak yang sudah besar ini kan, Bu?






Nanda Dega



0 komentar:

Posting Komentar