karnaval



Mengungkit masa-masa di mana kita pernah bertarung kecil-kecilan. Kau membiarkanku menang pada awalnya. Ingin membuktikan bahwa aku jago. Kita bersenang-senang lewat pertarungan kita, pertarungan kecil-kecilan. Kau memukulku begitu pelan. Begitu hebatnya kau menjaga permainan ini tetap berlangsung. Tertawa pun menghiasi arena.


Aku teringat ketika kau mengajariku memanjat pohon mangga. Mempraktikkannya untukku, di mana suatu saat aku akan memanjat untuk mengambil buah mangga pertamaku. Semakin lama, aku semakin handal, menaklukkan semua pohon yang ada di halaman rumah. Melihat senyummu, senyum lebarmu ketika aku bisa sepertimu, melangkah lebih depan dibanding orang-orang yang ada disekitarku.

Tiada hentinya kau mengajariku dengan hal-hal yang pernah kau coba. Ilmumu terlalu banyak bagiku. Mungkin suatu saat kepalaku akan kepenuhan dengan pengetahuan-pengetahuan ini. Kau membekaliku terlalu banyak, dan aku bersyukur atas kebaikan Tuhan.


Kau hampir selalu menyempatkan dirimu tuk bermain dan berbincang bersama. Aku mewajarinya.


Kau memberikan kami tiket masuk karnaval saat itu. Aku ingat.

Mengingat di mana sebelum hari kita pergi, kita pergi bersama ke supermall untuk keperluan perut kita nanti. Begitu banyak makanan yang menggodaku saat itu. Kau membiarkanku memilikinya.

Mengingat kau mengangkatku tinggi hingga kepalaku hampir menghantam dahan pohon yang di sana. Tapi kemudian aku tersenyum.

Aku ingat ketika kau melambaikan tanganmu padaku, menunjukkan padaku tempat kita setelah aku membelikanku dan dirimu berondong jagung asin dan permen kapas berwarna hijau. Kita mengisi perut dengan makanan yang sama. Sesaat kau tersenyum kagum, kemudian melahap berondong jagung asin hingga yang lainnya berjatuhan.


-Karnaval itu begitu berwarna-



Kami dikejutkan dengan pakaian-pakaian yang penuh warna dan berkelap-kelip. Cocok untuk dijadikan hiasan pada mobil-mobil yang ada di lahan parkir sana.

Menatapi karnaval sembari mengisi perut, sembari menyusun rencana-rencana yang akan kulakukan bersama Ayah.
Dia begitu gembira akan kemeriahan dan karnaval yang berwarna itu. Aku bisa melihat dirinya yang begitu fokus dan tidak bisa diganggu.





"Sini, naik ke punggung Ayah. Pasti mereka menghimpitmu, tadi."



Nanda Dega



0 komentar:

Posting Komentar