Puzzle



Malam hari bisa jadi 2.
Tetapi lebih suka pilih 'tuk beraktivitas, bersama ruang dan gelap sunyi.
Di saat orang-orang menuliskan esai, kau malah membuat 1 halaman Gurindam.


Mencari-cari sesuatu hingga pada sudut. Tiap sudut.
Tanpa perlu menonton ketidakpedulian yang lain.
Bisa merasakan itu.
Satu sisi menunggu tindakan mulia.
Namun sepertinya hal mustahil mulai terpikir.


Menonton seseorang yang meninju cermin toilet hingga berpisah itu satu dengan yang lain.
Membuat pusing orang yang menggunakan.
Mereka mulai membicarakannya di sudut. Hanya beberapa.
Dan tak banyak dari semua yang tidak peduli.
Juga tak banyak dari semua yang beranggap positif.
Itu sangat wajar.


Bersembunyi itu rutinitas.
Mereka hanya benda tak penting yang kerjanya hanya mondar-mandir.
Membuat sempit dan tidak nyaman.
Perlunya pembagian wilayah yang jelas,
bagi yang berkepentingan dan yang tidak berkepentingan.


Biar alarm berdering di 8 pagi.
Bel rumah pun. Biar berbagai macam orang mengisi ruang rumah dengan bunyinya.
Terus, terus, dan terus menerus, dengan respon yang diumpat bersama orang rumah.


Bermalam-malam cari teman bermain.
Bermalam-malam kurangkan bosan, beli makanan kecil di toko.
Tapi bermalam-malam, sepi sama dengan konstan.
Hanya pendaki gunung yang sendirian, padahal umumnya dilakukan secara bergerombol.


Dulunya yang sering mencari, sekarang jarang mencari.
Telah banyak belajar dari buku pengalaman.
Serta realisasikan semua.


Diri yang lain bertanya pelan:
"Kau baik?"


Kegemaran yang berbeda. Porsi sesuai pesanan.
Tiap insan menikmati hidangan masing-masing.
Namun masih hadir insan-insan yang kurang bahkan tidak puas.
Diam, tetap tenang, masih jadi solusi.


Tidak ingin mengikuti "mitos-mitos" zaman sekarang.
Begitu membencinya. Terlihat dari cara pandang dan sikap.
Ingin bebas, menentukan permainan dan petualangan apa yang dihasratkan.


Hidup begitu misterius.
Mengerti, harus satukan potongan-potongan.
Tertera sesuatu pada potongan-potongan.
Baik aku, kamu, maupun mereka.



Nanda Dega



0 komentar:

Posting Komentar