Opini



Mengingat orang-orang berkata kasar padaku di depan umum. Entah mengapa mereka membuatku mengingat era kelamku lagi. Entah mengapa pada adegan kali ini mereka menjadikanku sebagai tokoh yang tersiksa. Padahal mereka tidak membiayai segalanya. Ini sangat nyata, begitu nyatanya hingga saya ingin keluar dari drama mengerikan ini.

Dan mengapa jua hanya kulit yang kamu sekalian pandang. Padahal tiap buah punya keindahannya sendiri, baik dirasa atau pandang. Namun kamu sekalian tidak. Sebenarnya permainan apa yang sedang kita mainkan? Apa ini sebagai kejahilan untukku di hari ulang tahunku nanti? Tapi, hari jadiku masih sangat lama. Mengapa kalian begitu rajin? Rayakan saja selayaknya anak-anak—selayaknya kita rayakan dengan pemotongan kue yang dipandang dan dikelilingi oleh orang-orang yang diundang, tepuk tangan, sampai pembagian bingkisan bagi kamu sekalian yang ada dihari jadiku.

Aku tidak melarang kamu sekalian untuk memiliki pendapat. Biarlah disamping itu ada kedamaian jua. Aku yakin, tiap kamu memiliki saringan. Dan aku yakin, tiap kamu punya adab biarpun hanya berupa restan. Aku akan coba.

Termakan oleh kalimat-kalimat kamu sekalian hingga aku berada pada wilayah opini. Hingga aku harus memutuskan sesuatu agar aku tidak terlalu masuk ke dalam gentong berisi penuh opini. Opini-opini yang kadang mampu membunuh dan menghidupkan. Akan aku ambil saringan dan kujemur yang bukan sampah. Untukku kuolah kemudian agar aku bisa kenyang nantinya.



Selamat Pagi



Nanda Dega


0 komentar:

Posting Komentar