rintik-rintik




Apa yang kamu akankan?
Bagaimana ucapan selamat malam ditambah cium kening?
Atau elus lembut rambut keritingmu?
Mau kemana kita besok?
mmmh..?


Kesadaranpun muncul tatkala aku mendapati celana pendekku kena basah. Sudah berapa banyak air mata yang kurintikkan, aku tidak tahu. Entah apa aku harus ganti celanaku sekarang atau tidak karena aku mendapati dia sedang merintikkan air matanya tepat di atas kepalaku.


Kemarin siang aku hanya ingin bersamanya—dia yang tidak abadi.
Entah apa yang sudah merasukiku.
Mereka mengikutiku kemanapun aku pergi.
Mereka selalu berusaha mendapatkanku.


Bahkan tumbuh-tumbuhan yang tak berdosapun turut serta dalam listnya.
Anugerah inilah yang dinanti banyak orang.
Dan hal inilah yang membuatku tenang
biarpun luar dipenuhi dengan bising alam.


Sudah berapa kali kamu memukulku?
Apa salahku hingga kamu lakukan itu?
Dan sihir apa yang kamu gunakan
hingga aku jatuh cinta pada rintik-rintikmu?


Seperti bioskop, kamulah layarnya. Layar alam.
Dengan seduhan coklat panas dan selimut yang melingkar di raga,
mendapati hal yang menarik dan menenangkan.
Kamulah hal itu, sayang.
Kamu yang sudah merintikiku tadi siang.
Yang terkadang membuatku berada di dua pilihan sulit.


Berpuas denganmu,
meluaskan wilayah raga hingga aku letakkan ragaku ke bawah.
Membiarkanmu jatuh padaku bahkan pada wajahku.
Aku tidak akan tahan kar'na pukulanmu yang terus menerus.



Aku tersenyum.
Tak jarang juga aku tertawa di antaramu.



Bagi kamu yang sudah merintikiku



Nanda Dega








0 komentar:

Posting Komentar